Minggu, 19 September 2010

Cinderella Sister Eps 9


Eun Jo menaiki tangga restoran, di saat yang sama, Tuan Jang sedang menuruni tangga. Ketika ia melihat Eun Jo, ia langsung lari dan bersembunyi. Eun Jo membuka pintu restoran, ia memeriksa orang satu per satu namun tidak menemukan orang yang dicarinya. Kang Sook menarik napas lega.


Tuan Jang duduk di tangga, ia menghitung jumlah nol pada cek yang diberikan Kang Sook. Kang Sook mengajak Eun Jo keluar. Ketika mereka membuka pintu, mereka berpapasan dengan Tuan Jang. Mereka bertiga sama-sama terkejut.


Dae Sung menelpon Hyo Sun dan menyuruhnya mencari Eun Jo. Hyo Sun mencari Eun Jo di perusahaan, namun dia tidak ada di sana. Ki Hoon mencari di rumah dan kamar Eun Jo tapi tidak menemukan Eun Jo. Ia terpana melihat kamar Eun Jo. Tidak ada bunga, boneka atau pun lipstik. Apa benar ini kamar seorang gadis? Ki Hoon juga mencari Jung Woo di kamar, tapi Jung Woo juga tidak ada.
"Kenapa dia? Apa dia sedang membuat seorang gadis nakal tertawa lagi di suatu tempat." gumam Ki Hoon.
Ki Hoon duduk di ranjang, ia membaca tulisan di tongkat baseball Jung Woo. "Song Eun Jo adalah kekasih Han Jung Woo selamanya" itulah tulisan yang ada di tongkat baseball Jung Woo. Tidak lama kemudian, Hyo Sun masuk. Ia juga membaca tulisan di tongkat baseball Jung Woo. Di sinilah Hyo Sun tahu kalau Jung Woo dan Eun Jo sudah kenal sejak lama. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Ki Hoon pergi.


Hyo Sun kembali ke kamarnya dan membuka kotak berisi peninggalan ibunya. Di dalam kotak itu, ia juga menemukan surat yang dititipkan Ki Hoon padanya untuk Eun Jo. Kang Sook menjelaskan pada Eun Jo bahwa hubungannya dengan Tuan Jang sudah berakhir.


"Sampai saat ini, kalian berdua masih bertemu?" tanya Eun Jo.
"Ya." jawab Kang Sook.
"Apa maksudmu?" tanya Tuan Jang. "Kita tidak saling bertemu selama 3 tahun." katanya lagi. Kang Sook membentak Tuan Jang.
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?!" tanya Eun Jo. "Bisakah kau mempercayai dirimu sendiri?! Kau menutupi kebohongan dengan kebohongan lain! Apa kau tidak punya sedikit pun kejujuran?! Kau pikir tidak ada orang yang tahu?! Kau pikir, kau bisa membuat seorang pria baik jadi bodoh bukan?!"
"Aku menggunakan uang untuk melenyapkan dia." ucap Kang Sook. Tuan Jang mengembalikan cek itu pada Kang Sook. Tuan Jang lalu pergi meninggalkan mereka. Sebelum pergi, Tuan Jang mengatakan akan pergi tanpa uang dari Kang Sook."


Eun Jo meminta Ibunya pulang bersama Dae Sung karena ada masalah di pabrik. Eun Jo gak mau Dae Sung menerima kabar yang mengejutkan. Eun Jo meminta Ibunya membawa Dae Sung pulang dan berlibur beberapa hari. Eun Jo lalu menelpon penyuply beras.


"Apa katanya?" tanya Hyo Sun. Eun Jo tidak menjawab. "Tidak bisakah kita mendapatkan beras dari tempat lain?" tanyanya lagi.
"Bukankah kau membaca kontrak? Kita hanya boleh menggunakan beras organik dari propinsi Kyung Ki."


Bersama Ki Hoon dan Hyo Sun, Eun Jo datang ke penyuply beras. Eun Jo marah karena penyuply beras melanggar kontrak. Eun Jo terdiam ketika penyuply beras menanyakan apa mereka membuat kontrak dan meminta menunjukkan kontrak itu.
"Kami memang menyediakan beras untuk kalian sehingga kalian bisa membuat anggur dan mendapatkan uang." kata pria itu. "Tapi, kalian anak-anak muda tidak pernah mengucapkan terima kasih."
"Kemana kau mengirim beras itu?" tanya Ki Hoon.
"Aku tidak tahu. Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan jadi kita akhiri saja pembicaraan ini." Pria itu pergi meninggalkan mereka. Eun Jo dan Hyo Sun mencoba menahannya.
"Apa paman tidak ingat aku?" tanya Hyo Sun. "Waktu itu aku masih kecil tapi aku sering ikut ayahku kemari dan bermain. Kau tidak ingat aku? Aku Hyo Sun. Kau bilang aku cantik dan membelikan aku permen." pria itu ingat. Hyo Sun mengajak pria itu minum bersama.


Mereka pun minum bersama. Setelah beberapa lama berbincang ringan, Hyo Sun pun memulai strateginya. Ia menanyakan siapa yang membeli beras yang biasa disupply ke mereka.


Hari sudah malam, dalam perjalanan pulang, Eun Jo mabuk. Ki Hoon memberi saran pada Eun Jo agar menemui si pembeli beras besok pagi namun Eun Jo bersikeras untuk menemuinya malam itu juga.
"Jika kita pergi ke sana dan bertemu seseorang, apa kau akan memperlakukan dia seperti kau memperlakukan paman barusan?" tanya Ki Hoon. "Di mata orang tua, sikapmu itu sangat kasar. Besok pagi, aku dan Hyo Sun yang akan pergi." 
"Eun Jo bersikeras untuk pergi. Ki Hoon lalu bertanya apakah Eun Jo tidak percaya pada Hyo Sun. "Ia lebih mampu daripada kau. Kau tidak bisa membuka hati seseorang. Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dengan sikapmu itu." kata Ki Hoon. Eun Jo meminta Ki Hoon menghentikan mobilnya. Ki Hoon menuruti Eun Jo. Eun Jo turun di pinggir jalan. Ki Hoon meninggalkannya.


Eun Jo pulang sendirian. Setibanya di rumah, Ia melihat Ki Hoon sedang menunggunya di gerbang. 
"Ada satu hal yg ingin kutanyakan padamu? Saat kepergianku, apa kau datang ke stasiun kereta? Tidakkah kau mendapatkan surat dariku?"
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." kata Eun Jo.
"Aku menulis surat dan memintamu datang ke stasiun kereta." ucap Ki Hoon. "Aku menitipkannya pada Hyo Sun. Apa Hyo Sun tidak menyerahkannya padamu?" Eun Jo diam. Kemudian Eun Jo berbohong. Eun Jo bilang kalau dia menerima surat dari Ki Hoon. Eun Jo juga bilang kalau dia tidak ingat apakah sudah merobek atau membakar surat itu.
"Setelah kau membaca surat itu, kau tetap tidak datang?" tanya Ki Hoon.
"Kau memintaku mengingat hal yg sudah terjadi bertahun-tahun lalu?!" Eun Jo marah. "Sudah kubilang itu tidak penting lagi! Tidak penting lagi!" Eun Jo meninggalkan Ki Hoon. Diam-diam Eun Jo menangis di kamarnya.


Kang Sook dan Dae Sung pergi liburan berdua. Kang Sook melarang Dae Sung menelpon pabrik. Eun Jo duduk gelisah, menunggu telepon. Tak lama kemudian, Hyo Sun menelponnya. Hyo Sun bilang kalau kita menginginkan beras itu maka kita harus membayar tiga kali lipat. Hyo Sun berniat menelpon Dae Sung tapi Eun Jo melarangnya.

Eun Jo bingung harus melakukan apa. Jung Woo melihatnya dari jauh kemudian membawa teh untuk menenangkannya. Eun Jo meminta Jung Woo pergi namun Jung Woo tidak mau pergi sebelum Eun Jo meminum teh itu. Agar Jung Woo tidak berisik lagi, Eun Jo meminum teh itu. Jung Woo senang. Eun Jo diam sejenak kemudian beranjak pergi.


Eun Jo pergi ke bank dan memohon peminjaman uang untuk mengekspor anggur. "Kami akan memberi kabar pada kalian besok." ucap petugas bank. Eun Jo dan Jung Woo masuk ke mobil. Jung Woo membantu Eun Jo memasang sabuk pengaman. Jung Woo bertanya apa Eun Jo butuh uang. Jung Woo menyuruh Eun Jo menggunakan uang pemberiannya. Eun Jo tersenyum.


Eun Jo memutuskasn untuk membeli beras dengan harga tiga kali lipat. Hyo Sun tidak setuju. Dia cemas kalau-kalau mereka tidak bisa membayar hutang itu. 
"Jika kita menjual anggur itu, kita tetap bisa berdiri dan membayar hutang. Saat ini jika kita tidak memenuhi janji kita dan berproduksi maka nama ayahmu akan hancur!"
"Berhentilah berpura-pura peduli pada ayahku!" teriak Hyo Sun. "Bagaimana bisa kau lebih peduli padanya ketimbang aku?! Kau mengincar sesuatu bukan?" Eun Jo diam. 
"Jika tidak kenapa kau diam?" tanya Hyo Sun.
"Bagaimana kau bisa mengetahui pikiranku padahal aku sendiri tidak tahu? Apa yang kau takutkan sehingga kau memaksaku memberitahukn apa yang sedang kupikirkan? Apa kau takut aku mengambil semua milikmu? Apa kau takut aku menjadi orang yang lebih penting darimu?"


"Kau pikir kau bisa mengambil semua dariku?!" teriak Hyo Sun.
"Biar kukatakan satu hal yang ada di pikiranku. Kau sangat kekanak-kanakkan dan menakutkan. Satu hal yang membuatku bersabar padamu karena kau adalah putrinya!Kau sangat kekanak-kanakkan sehingga menyebabkan sesuatu yang sangat menakutkan!"
"Apa maksudnya itu!"
"Kau tidah tahu?" tanya Eun Jo tajam. "Suratnya... kenapa kau tidak memberikan surat itu padaku? Aku merelakannya bukan karena kau tapi karena kau adalah putri ayahmu."
"Karena aku tidak memberikan surat itu maka kau menyebutku kekanak-kanakkan?" tanya Hyo sun. "Lalu apa hasil yg menakutkan itu? Katakan, sebelum aku membunuhmu."
"Sejak lahir... untuk pertama kalinya..." Eun Jo meneteskan air mata. "Aku merelakannya karena semua itu tidak akan mengubah apapun. Tapi sebaliknya, kau berhati-hati karena sepertinya orang itu belum bisa melupakan aku."


Ki Hoon menemui ayahnya. Ia meminjam uang untuk produksi anggur dan menemukan siapa dalang dibalik pembelian supply beras. Berkat usahanya itu perusahaan anggur Dae Sung bisa berjalan lagi. Karena keberhasilan produksi, Dae Sung mengajak Eun Jo, Ki Hoon dan Hyo Sun makan bersama di restoran. D Ketika Dae Sung meminta Ki Hoon menuangkan minum untuknya, Eun Jo melarang Dae Sung minum lagi. Eun Jo menuangkan minuman untuk Hyo Sun dan begitu juga sebaliknya. Hyo Sun kemudian meminta Ki Hoon mengantar Dae Sung pulang karena ia ingin minum berdua dengan Eun Jo.

"Tidak bisakah kau pergi meninggalkan rumah?" tanya Hyo Sun dalam keadaan mabuk.
"Kenapa?" tanya Eun Jo.
"Aku benar-benar berpikir untuk membunuhmu. Aku benar-benar tidak menyukaimu." 
"Kau bilang kau sangat menyukaiku."
"Aku tidak pernah bilang begitu." Hyo Sun memohon agar Eun Jo pergi. Ia akan memberikan semua tabungannya untuk Eun Jo. "Melihat mu tiap hari sangat mengerikan."
Eun Jo setuju. Melihat Hyo Sun tiap hari juga mengerikan baginya. Tapi ia bilang bahwa ia tidak bisa pergi. "Kau bilang kau ingin melihat siapa yang menang. Kau sendiri yang bilang. Apa kau tidak ingin bertanding lagi? Jika kau terus begini, aku benar-benar akan mengambil semuanya darimu. Perusahaan, ayahmu dan orang yang kau suka. Aku akan mengambil semua darimu."

Dalam keadaan mabuk, Eun Jo datang ke lab. Saking mabuknya, Hyo Sun pingsan. Eun Jo berusaha menarik Hyo Sun tapi ia malah ikutan pingsan.


Sampai malam, Eun Jo dan Hyo Sun belum juga pulang. Dae Sung yang cemas menyuruh orang-orang mencarinya. Belum sempat orang-orang pergi, ia mendapat telpon dari orang Jepang. Orang Jepang itu mengatakan bahwa kapal sudah sampai di Jepang tapi kontainer berisi anggur Dae Sung tidak ada di kapal tersebut. Anggur Dae Sung ditahan. Ki Hoon beranjak pergi untuk menghubungi kantor mereka. Dae Sung memanggil Ki Hoon. Dae Sung bilang kalau perusahaan itu tidak pernah ada. Dae Sung hampir jatuh tapi Kang Sook menahannya.

Ki Hoon menelpon ayahnya. Ki Hoon bertanya apakah semua ini perbuatan sang ayah. Presiden Hong menjawab kalau semua ini ulah Ki Jung dan dia baru mengetahui hal ini. Ki Hoon segera menelpon Ki Jung.


"Kau yang melakukannya?" tanya Ki Hoon.
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." seru Ki Jung.
"Apa kau begitu menginginkan perusahaan anggur Dae Sung?! Apa kau selalu seperti ini?! Aku tidak percaya sikapmu sangat rendah. Menghancurkan hidup orang lain!"

Ki Hoon menutup teleponnya dan menoleh ke belakang. Dae Sung sudah berdiri di sana.


"Keluargamu yang melakukan semua ini?" tanya Dae Sung. "Apa kau menghubungi Ki Jung?"
"Paman..."
Dae Sung merebut teleponnya. "Kau menggunakan ayahku untuk membeli beras itu. Jadi kau dan ayah terlibat dalam perusahaan Dae Sung." Setelah mendengar itu, Dae Sung menurunkan teleponnya. "Bagaimana bisa kau melakukan itu padaku?" Dae Sung mendadak jatuh.

Jung Woo mencari Eun Jo dan Hyo Sun ke lab. Mereka langsung ke rumah sakit begitu mendengar kabar yang disampaikan Jung Woo. Kang Sook juga langsung ke rumah sakit.


Kang Sook tiba di UGD dan menemukan Dae Sung terbaring tak bergerak di UGD. Ki Hoon berdiri diam dan bersandar di dinding. Dae Sung tewas sebelum tiba di rumah sakit. Tak lama, Eun Jo dan Hyo Sun tiba bersama Jung Woo. Dengan takut-takut, Hyo Sun berjalan mendekati ayahnya.
"Hyo sun, ganggu ayahmu. Ia tidak boleh tidur." Hyo Sun berlutut disamping ayahnya. "Ayah..." panggilnya. "Hyo Sun akan mengganggumu, Kau harus bangun." Dae Sung tak bergerak. Kang Sook oleng. Jung Woo menahannya. Kenangan bersama Dae Sung tiba-tiba muncul di ingatan Eun Jo. "Bisakah kau memanggil ayah untuk sekali ini?" tanya Dae Sung. Hyo Sun menangis. "Kau tidak bisa melakukan ini padaku!" teriaknya.

Eun Jo berdiri diam, dia sangat terpukul. Ia keluar dari ruang UGD. Eun Jo duduk di tangga darurat dan menangis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar